Monday, March 28, 2011

Manmohan, Gilani to watch Indo-Pak battle together

New Delhi/Islamabad: Pakistan Prime Minister Yousuf Raza Gilani has accepted his Indian counterpart Manmohan Singh's invitation to watch the World Cup semi-final between the cricket teams of the two countries in Mohali on March 30.

The decision, reportedly taken following a meeting between Gilani and Pakistan's President Asif Ali Zardari late last night, has been conveyed to the Indian government.


Read more at: http://www.ndtv.com/article/sports%20news/pakistan-pm-gilani-will-attend-india-pak-match-at-mohali-94426?cp

PM Manmohan Singh with his Pakistan counterpart Yousaf Raza Gillani

On Friday evening, Dr Singh sent this note to Mr Gilani and to Pakistan's president, Asif Zardari. "I propose to be at Mohali to watch the World Cup semi-final match between India and Pakistan to be held on 30th March. There is huge excitement over the match and we are all looking forward to a great game of cricket, that will be a victory for sport. It gives me great pleasure to invite you to visit Mohali and join me and the millions of fans from our two countries to watch the match."

Indian captain MS Dhoni said on Thursday night after winning against Australia that while he would like his men in blue to treat the Mohali game much like they would any other match, the pressure from the crowds will suffuse the game. Many will say "Win the semi-final, forget about the final," he remarked.

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

Among all possible gestural permutations when 47 world leaders gather together in one room, the meeting of hands which everyone seemed to be waiting for was between Prime Minister Manmohan Singh and his Pakistani counterpart, Yusuf Raza Gilani.

The two Prime Ministers met at the Walter E. Washington convention centre in downtown Washington, venue of the Nuclear Security Summit which got underway Monday evening with a reception hosted by President Barack Obama.

Prime Minister Gilani strode up to Dr. Singh and the two men greeted each other warmly.

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

Manmohan, Gilani will attend India vs Pak game at Mohali

PT DI Gandeng EADS-CASA Produksi Pesawat C295

C295 versi ASW milik Portugal. (Foto: Airbus Military)

23 Februari 2011, Jakarta -- (ANTARA News): PT Dirgantara Indonesia (Persero) bekerjasama dengan pabrikan pesawat asal Eropa, European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA akan membuat pesawat militer jenis C295.

"Tahap awal kita akan menawarkan pembuatan pesawat jenis C295 ini untuk keperluan TNI yang akan mengganti pesawat jenis Fokker 27. Pesawat C295 merupakan jenis derivatif dari C235," kata Direktur Utama PT DI, Budi Santoso di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.

Menurut Budi, kapasitas produksi PT DI untuk pembuatan pesawat jenis C295 bisa mencapai 12 unit per tahun.

Menurut Budi, PT DI sejak tahun 1974 ketika masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) sudah melakukan kerjasama dengan CASA, pabrikan pesawat asal Spanyol untuk membuat komponen, sebaliknya CASA membantu PTDI dari sisi permesinan.

Namun, ia mengakui kerjasama tersebut sempat terhenti pada beberapa periode.

"Belakangan kembali dilakukan kerjasama yang ditandai dengan pengalihan pabrik pesawat CASA dari Spanyol ke Bandung," ujarnya.

EADS tertarik merealisasikan kerjasama dengan PT DI karena ongkos produksi di Eropa lebih mahal ketimbang di Indonesia.

Ia menambahkan mulai tahun 2011 pihaknya akan memproduksi pesawat jenis C212 untuk memenuhi pesanan dari Thailand, Vietnam dan Korea Selatan.

Meski begitu Budi tidak merinci berapa besar biaya investasi pengadaan pesawat jenis C295 maupun jenis C212.

"Kami masih menunggu hasil penawaran pesanan dari TNI. Sedangkan modalnya akan dipenuhi oleh EADS," ujarnya.

Kerjasama yang didasarkan pada prinsip profit sharing tersebut, namun PT DI akan menyanggupi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 40 persen.

Sumber: ANTARA News

Batam Produksi Kapal Perang Indonesia

Maket KCR-40 produksi PT. Palindo Marine Industri dipamerkan di Indo Defence 2010. (Foto: Berita HanKam)

27 Februari 2010, Batam -- (ANTARA Jatim): Perusahaan galangan kapal PT Palindo Marine Industri di Batam memproduksi kapal perang Indonesia yang akan digunakan TNI AL dalam mengamankan perairan laut Indonesia.

"Indonesia patut berbangga karena memiliki putra putri yang mampu membuat kapal perang," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat meninjau pembuatan kapal perang, Minggu.

Menteri mengatakan pembuatan kapal perang yang diberi nama KRI Celurit-641 itu merupakan terobosan baru yang membanggakan dari industri galangan kapal di Batam.

KRI Celurit-641 buatan lulusan Institut Teknologi Surabaya itu dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco), Meriam caliber 30 MM 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) serta peluru kendali.

Diperkirakan kapal itu mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot dan menembakkan rudal C-705 hingga ratusan meter jauhnya.

Rudal anti-kapal C705 mampu menjangkau sasaran sejauh 140 km dengan membawa hulu ledak seberat 130 kg. Indonesia diberitakan akan memproduksi rudal anti-kapal buatan Cina di dalam negeri, guna mempersenjatai kapal cepat rudal produksi dalam negeri. (Foto: 2jjj.com)

Kapal dengan teknologi tinggi itu memiliki spesifikasi panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun.

Menurut Menhan, kontsruksi KRI Celurit cocok mengarungi wilayah NKRI yang dikelilingi pulau-pulau kecil.

Desain dan teknologi yang dimiliki kapal diharapkan mampu membantu tugas TNI AL mengamankan NKRI dari segala ancaman di laut.

Di tempat yang sama, Panglima Komando Armada Kawasan Barat (Pangkoarmabar) Laksamana Muda TNI Marsetio mengatakan KRI Celurit-461 akan memberikan dampak psikologis positif bagi jajaran TNI AL karena Indonesia mampu membuat kapal perang canggih dan cepat.

"Kapal ini memiliki teknologi yang tidak kalah bagusnya dari kapal-kapal buatan negara lain. Indonesia patut berbangga karena mampu memproduksi kapal perang sendiri," kata dia.

Sumber: ANTARA Jatim

KRI Clurit-641 Buatan PT. Palindo Marine Industries Perkuat Koarmabar

Menhan Purnomo Yusgiantoro tinjau ruang kemudi KRI Clurit. (Foto: Dispenarmabar)

28 Februari 2011, Tanjunguncang -- (Berita HanKam): Satu lagi Kapal Perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Kapal yang diberi nama Kapal Republik Indonesia (KRI) Clurit-641 merupakan buatan PT.Palindo Marine Industries Tanjunguncang.

Produksi Kapal Cepat Rudal (KCR) hasil karya putra-putri Indonesia di Batam mendapat sambutan luar biasa dari kementerian pertahanan nasional (Menhan). Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji akan terus membangun kapal-kapal perang seperti KRI Clurit yang 100 persen pembuatannya di lakukan di PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang.

Menhan menyatakan suksesnya pembuatan kapal perang dengan kecepatan 30 knot serta dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco) modern, Meriam kaliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) serta peluru kendali itu adalah bukti kalau sistem pertahanan nasional bisa membangun seperti KCR tersebut.

Purnomo mengatakan kapal dengan panjang 44 meter berbahan aluminium itu sangat cocok untuk kegiatan patroli maupun penyerangan jika diperlukan di perairan kawasan Indonesia bagian barat (armabar).

Pasalnya kata mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kabinet Gotong Royong itu, laut di wilayah barat Indonesia termasuk laut yang tidak terlalu dalam dan sangat cocok untuk dilintasi kapal perang berukuran sedang yang tengah dibangun di dalam negeri.

“Laut-laut di kawasan barat memang cocok untuk kapal-kapal seperti KRI Clurit. Asalkan bisa untuk patroli dan bisa juga untuk melakukan suatu penyerangan,” ujar Purnomo Yusgiantoro disela-sela kunjungannya bersama Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo di PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang kemarin (27/2).

Dikatakannya, pemerintah akan terus membangun kapal-kapal perang dengan ukuran seperti KRI Clurit buatan Batam tersebut secara mandiri tanpa harus membelinya dari negara lain.

Ia mengaku sangat kagum dengan hasil karya putra putri terbaik bangsa ini yang telah menunjukan dedikasi, loyalitas dan nasionalismenya untuk merancang dan membangun kapal perang yang bisa mengangkut dan menembakan rudal sejauh 120 kilometer itu.

TNI AL telah memesan 22 kapal jenis KRI Clurit hingga 2014. (Foto: Berita HanKam)

Kapal perang yang akan dilengkapi 1 unit meriam 6 barel kaliber 30 mm, meriam anjungan 2 unit kaliber 20 mm dan peluru kendali 2 set Rudal C-705 itu kata Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo akan dilakukan uji penerimaan laut (sea acceptance test) dan uji penerimaan pelabuhan (harbour acceptance test) pada tanggal 25 Maret nanti.

Kapal Cepat Rudal ini kata Komandan Lanal Batam Kolonel laut (P) Iwan Isnurwanto, terbuat dari baja khusus High Tensils Steel pada bagian hulunya (lambung). Sementara untuk bagian atasnya, kapal ini menggunakan aluminium Alloy yang memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar.

KCR yang berbahan baja-alumunium ini merupakan karya putra-putri terbaik Indonesia mulai dari desain dan pengerjaanya. Kapal dibangun di Batam sekitar satu tahun sejak tahun 2010 dan sukses diluncurkan di perusahaan pembuatnya yakni PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang, awal Februari lalu.

Kapal perang dengan kecepatan maksimum 30 knot, memiliki panjang 44 meter dan lebar 8 meter, serta tinggi kapal 3,4 meter. Draft kapal ini 1,75, dengan displacement 238 ton, yang mampu mengangkut bahan bakar 50 ton dan air tawar 15 ton.

Sumber: Dispenarmabar/Batam Pos

Pemerintah Usulkan Nama FAF untuk Jet Tempur Kolaborasi RI-Korsel


15 Maret 2011, TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah kerjasama pembuatan pesawat jet tempur KFX antara RI dan Korea Selatan dimulai, Pemerintah Indonesia akan mengajukan usulan perubahan nama pesawat jet tempur hasil kolaborasi dua negara itu.

"Soal nama masih akan dibahas, kita inginkan ada nama Indonesia di dalamnya," kata Direktur Teknik Industri Pertahanan, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso kepada Tempo, kemarin, Senin 14 Maret 2011.

Awalnya, pihak Indonesia mengajukan nama pesawat tempur KFX (Korea Fighter Xperiment) itu diubah menjadi KIFX atau Korea-Indonesia Fighter Xperiment. Namun pihak Korea Selatan kurang setuju. "Akhirnya kita sepakat nama akan diubah, dan Indonesia mengusulkan pesawat tempur FFA atau Future Fighter Aircraft."

Penggabungan nama dua pihak yang berkolaborasi ini, menurut Agus, pernah diterapkan saat Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Spanyol membuat pesawat angkut jenis CN 235 di era Presiden Soeharto.

Nama kode 'CN' dibelakang seri pesawat itu adalah inisial dua perusahaan yang berkolaborasi, yakni Casa, perusahaan pesawat terbang Spanyol dan Nurtanio atau Industri Pesawat terbang Nusantara (IPTN) yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia. "Saat itu Casa menyumbang 50 persen dan Nurtanio 50 persennya," kata Agus, yang juga menjabat Kepala Sekretariat Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) ini. .

Kerjasama pembuatan pesawat tempur dengan Korsel kali ini juga akan melibatkan industri pesawat terbang masing-masing negara. Pemerintah Indonesia kembali akan melibatkan PT Dirgantara Indonesia.

RI-Korsel Tandatangani Perjanjian Kerjasama Jet Tempur KFX

Setelah dijajaki sejak tahun lalu, Pemerintah akhirnya menandatangani perjanjian proyek kerjasama atau Project Agreement dengan Pemerintah Korea Selatan untuk membuat pesawat tempur KFX. Proyek bersama pembuatan jet tempur KFX atau Korea Fighter Xperiment ini akan berlangsung selama 10 tahun.

Penandatanganan perjanjian proyek telah dilakukan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (11/3) pekan lalu. Setelah Project Agreement, pada pertengahan April mendatang Pemerintah RI dan Korsel kemudian akan menandatangani kontrak kerjasama atau Contract Agreement.

"Kalau sudah contract agreement April nanti, baru kita (RI dan Korsel) mulai berbagi rancang bangun, share pembuatan prototipenya," kata Direktur Teknik Industri Pertahanan, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso kepada Tempo, kemarin, Senin 14 Maret 2011.

Pembagian rancang bangun prototipe pesawat tempur ini adalah, 20 persen bagian Indonesia dan 80 persennya menjadi bagian Korea. Agus berharap Indonesia akan mendapat bagian membuat air frame atau struktur kerangka pesawat. "Minimal kita dapat 20 persen, syukur-syukur dapat 40 persen untuk air frame-nya nggak masalah," kata Agus, yang juga menjabat Kepala Sekretariat Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) ini.

Agus menambahkan, proyek jangka panjang ini terdiri dari beberapa fase. Setelah penandatanganan kontrak kerjasama pada April mendatang, dua negara akan memasuki fase Technical Development atau pengembangan teknis dalam kurun waktu setahun (2011-2012). Setelah itu, pada awal 2013 kerjasama akan masuk dalam fase Engineering Development. "Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama 8 tahun sampai tahun 2020," katanya.

Pasca 2020, dua negara baru akan melakukan persiapan produksi pesawat jet tempur tersebut. "Baru kemudian masing-masing negara mau beli berapa unit. Misalnya Indonesia 50 unit, Korsel berapa unit."

Meski tahap produksi masih jauh alias 10 tahun lagi, kedua negara sudah berbagi modal kerjasama. Anggaran awal yang dibutuhkan dalam kerjasama pengembangan pesawat jet tempur ini adalah US$ 50 juta untuk 2 tahun ke depan. "Saat ini sudah share 20 persen Indonesia atau US$ 10 juta dan 80 persen Korea atau US$ 40 juta," kata Agus. "Ini diluar (anggaran) untuk infrastruktur yang akan dibangun."

Sumber: TEMPO Interaktif

Pindad Akan Kembangan Tank Ringan Kanon

Panser kanon produksi PT. PINDAD. (Foto: Berita HanKam)

14 Maret 2011, Bandung -- (bisnis-jabar.com): PT Pindad akan mengembangkan kendaraan tempur tank ringan kanon mulai 2014 untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI Angkatan Darat.

Dirut Pindad Adik Avianto Soedarsono mengemukakan rencana tersebut merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan panser dan tank TNI AD yang saat ini 90% dipasok produk asing.

Dia mengemukakan model tank ringan kanon akan merujuk pada model tank ringan yang ada di dunia saat ini seperti produk K-21 buatan Doosan Infracore Korea Selatan maupun buatan Turki.

Tank ringan memiliki bobot antara 15 ton-25 ton dengan dua jenis penggerak kendaraan berupa ban atau rantai. Akan tetapi, ada pula tank ringan mancanegara lainnya dengan bobot melebihi 25 ton.

Adik mengatakan harga untuk tank ringan dengan roda penggerak ban sekitar Rp40 miliar. Sedangkan berpenggerak rantai mencapai Rp50 miliar.

“Kami sedang membahas rencana ini dengan pemerintah TNI AD, dan pihak-pihak lainnya. Mudah-mudahan rencana pengembangan ini bisa direalisasikan dalam waktu dekat,” katanya hari ini.

Adik belum merinci kebutuhan TNI AD akan tank ringan. Menurut dia, perusahaan baru melangkah para proses persiapan dan studi.

Sumber: Bisnis Jabar

Pindad Siapkan Kendaraan Tempur

Tank Scorpion TNI AD. (Foto: Pussenkav)

16 Maret 2011, Jakarta -- (KOMPAS): PT Pindad mempersiapkan desain kendaraan tempur untuk memenuhi keterbatasan persenjataan yang dimiliki TNI. Rencananya purwarupa kendaraan itu rampung 2013 dan produksi sudah dimulai tahun berikutnya.

Demikian pernyataan Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Sudarsono dalam pertemuan di Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav), Bandung, Senin (14/3).

Pindad mulai menggarap pasar kendaraan tempur setelah perakitan tank jenis Scorpion pada 1997. Saat ini, Pindad juga belajar banyak dari perakitan 11 unit tank jenis Tarantula dari Korea Selatan dan diperkirakan rampung 2012.

”Pindad sebetulnya sudah memproduksi 154 kendaraan untuk TNI tapi untuk membawa personel,” ujar Adik. Produksi kendaraan tempur buatan sendiri ini diharapkan menjadi solusi sebagai pasar kendaraan tempur yang 90 persen dari luar negeri.

Komandan Pussenkav Brigadir Jenderal Burhanuddin Siagian melanjutkan, saat ini pihaknya memiliki 1.025 unit kendaraan tempur yang diproduksi berbagai negara, seperti Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Rusia, dan Korsel. Hanya saja, kebanyakan kendaraan miliknya sudah berumur 50 tahunan. Contohnya kendaraan jenis AMX-13 buatan Perancis yang dibuat 1952. ”Kesiapan operasional kendaran tempur kami hanya 65 persen bila meliputi komponen otomotif, senjata, dan komunikasi,” ujar Siagian.

Anggota Komisi I DPR, Tri Tamtomo, menuturkan, Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan diharapkan mendorong industri dalam negeri. Kalaupun harus membeli dari luar negeri, diusahakan seminimal mungkin dan dengan syarat ketat seperti harus ada transfer teknologi dan ada imbal dagang.

Sumber: KOMPAS

PT DI Kembangkan Model Pesawat Mirip Twin Otter

Twin Otter Merpati. (Foto: matanews)

16 Maret 2011, Bandung -- (bisnis-jabar.com): PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengembangkan model pesawat berpenumpang 19 orang dengan nama N-219, mirip Twin Otter buatan Kanada atau Y-12 buatan China.

Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengemukakan pengembangan pesawat tersebut telah berjalan selama enam bulan terakhir dan diperkirakan rampung pengembangannya selama tiga tahun ke depan.

“Sama halnya dengan pengembangan CN-235 beberapa tahun lalu memakan waktu lima tahun,” katanya hari ini.

Model pesawat akan memakai dua unit mesin bertenaga 850 tenaga kuda yang kemungkinan diambil dari pabrikan Kanada.

Sebagian besar komponen pesawat, katanya, berasal dari dalam negeri yang mencapai 70% dari total komponen.

Andi belum merinci kebutuhan dana pengembangan dana tersebut. Tetapi, dia menyebutkan harga pesawat Y-12 seharga US$4,5 juta dan Twin Otter di atas US$5 juta.

“Kendala dalam pengembangan pesawat ini adalah pendanaan, perusahaan tidak mungkin mengeluarkan dana untuk pengembangan itu,” katanya.

Sumber: Bisnis Jabar

Indonesia Akan Produksi 1.000 Roket

(Foto: Berita HanKam)

17 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Pemerintah Indonesia berencana memproduksi seribu buah roket R122 untuk mendukung sistem pertahanan negara.

"Kerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Balitbang. Kita sepakat membangun seribu roket," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Kamis.

Berbicara saat menjadi saksi penandatangan nota kesepahaman Kementerian Pertahanan dan BPPT, ia mengatakan, keputusan itu didasarkan hasil uji coba roket itu beberapa waktu lalu yang dinilai berhasil.

Roket R122, yang memiliki jarak jelajah sejauh 15 kilometer ini, menurut Purnomo, dapat digunakan sebagai amunisi arteleri, untuk "multiple louncher".

"Bisa kita pakai untuk multiple louncher. Cukup banyak. Bisa untuk senjata arteleri kita," katanya.

Purnomo menambahkan, proyek itu akan mulai dikerjakan pada 2012, dan selesai pada 2014. Selain pembangunan seribu roket, Pemerintah juga akan mengembangkan "remote pilot vehicle", dan "area vehicle", sebagai pendukung alusista pertahanan Indonesia.

Dengan kerja sama kajian dan pengembangan teknologi pertahanan antara Kementerian Pertahanan dan BPPT, dapat memacu pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri.

Sumber: ANTARA News

Alutsista Indonesia Diminati Asing

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Republik Demokratik Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/3). Presiden Yudhoyono dan PM Xanana Gusmao beserta masing-masing delegasi melakukan pertemuan bilateral untuk meningkatkan hubungan kedua negara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/11)

22 Maret 2011, Jakarta -- (KOMPAS.com): Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat atau fast patrol boat buatan PT PAL senilai 40 juta dollar Amerika Serikat. Atas permintaan tersebut, Pemerintah Indonesia siap memberikan kredit ekspor melalui Lembaga Pengembangan Ekspor Indonesia (LPEI). Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada para wartawan seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/3/2011).

”Itu (kapal patroli cepat) untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste. Pertimbangannya, mereka tidak memerlukan kapal besar. Dia pesan dari PT PAL. Mereka minta kredit ekspor,” kata Purnomo.

Selain Timor Leste, Purnomo mengatakan, ada beberapa negara lain yang meminati alat utama sistem persenjataan (alutsista). Filipina, misalnya, membeli tiga kapal jenis landing platform dock (LPD) atau kapal yang dapat didarati oleh helikopter.

”Kapal ini tidak hanya bisa dipakai untuk mengangkut pasukan, tapi juga untuk operasi penanggulangan bencana,” kata Purnomo.

Selain Timor Leste dan Filipina, kata Purnomo, Malaysia dan Korea Selatan juga meminati alutsista buatan Indonesia. Malaysia belum lama ini membeli 32 panser Anoa bermesin Benz buatan PT Pindad. Sementara itu, Korea Selatan membeli 8 pesawat CN 235 buatan PT Dirgantara Indonesia. Purnomo mengatakan, pemerintah berkomitmen terus mengembangkan kualitas alutsista Indonesia.

Sumber: KOMPAS.com

Kapal LPD-4 Produksi PT. PAL Indonesia Perkuat Unsur Kapal Perang di Jajaran Kolinlamil



21 Maret 2011, Surabaya -- (DMC): Kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) produksi dalam negeri buatan PT. PAL Indonesia (Persero) secara resmi memperkuat Alutsista TNI Angkatan Laut khususnya unsur kapal perang di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Kapal perang tersebut diberi nama Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593.

Peresmian ditandai dengan pernyataan peresmian Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 dan penekanan tombol sirine pembuka selubung papan nama KRI serta dilanjutkan dengan Pelantikan Komandan KRI Banda Aceh-593 oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (21/3) di PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya..

Sebelumnya, peresmian juga ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 dari PT. PAL Indonesia (Persero) kepada Daewoo International Corporation yang selanjutnya diserahkan kepada Kemhan RI. Setelah diterima oleh Kemhan RI, selanjutnya diserahkan kepada TNI AL kemudian kepada Kolinlamil selaku pengguna.

Hadir dalam upacara peresmian, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Suhartono, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, Dirut PT. PAL Indonesia Harsusanto dan sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI, Mabes TNI AL dan PT. PAL.


Menhan mengatakan, pembangunan Kapal LPD-4 ini dilaksanakan di dalam negeri, dalam hal ini PT. PAL Indonesia yang bekerja sama dengan Daewoo Internasional, Corp. sebagai Main Contractor. Walaupun pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup panjang, namun atas kerja keras dan segala upaya Daewoo Internasional, Corp dan PT. PAL Indonesia akhirnya pembangunan kapal ini dapat diselesaikan sesuai batas waktu yang tercantum dalam kontrak.

Menurut Menhan, lamanya waktu tersebut dapat dimaklumi karena adanya pergeseran material yang semula berada di Korea Selatan dialihkan ke Indonesia, serta adanya keterbatasan sarana dan prasarana.

Menhan menegaskan, dengan pembangunan kapal LPD-4 yang di laksanakan di dalam negeri, dalam hal ini PT. PAL Indonesia diharapkan dapat memberikan pengalaman, kesempatan dan manfaat bagi kemajuan PT. PAL terutama dalam rangka proses alih teknologi.

Kedepan dalam rangka mendukung kemandirian produksi Alutsista, Pemerintah dalam hal ini Kemhan terus berupaya melakukan berbagai terobosan dengan penyiapan perangkat lunak, pengembangan industri dalam negeri maupun optimalisasi pendayagunaan produksi dalam negeri sehingga pada akhirnya diharapkan kita dapat mengurangi ketergantungan pada pengadaan Alutsista dari luar negeri.

Atas nama Pemerintah, Menhan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direktur dan seluruh jajaran PT. PAL Indonesia atas penyerahan Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 ini kepada Kemhan. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada semua pihak atas terlaksananya pembangunan kapal KRI Banda Aceh-593 ini.

Pada kesempatan tersebut, kepada jajaran TNI AL, Menhan juga menyampaikan ucapkan selamat atas penambahan kekuatan Alutsista ini dengan harapan agar Alutsista tersebut dioperasionalkan dan dipelihara dengan baik, sehingga dapat mendukung tugas-tugas operasi sesuai yang diharapkan dan mempunyai masa pakai yang panjang. “Dengan peresmian kapal ini, bagi TNI AL sangat berarti dan mempunyai nilai strategis karena menambah kekuatan jajaran TNI AL sesuai dengan Renstra MEF (Minimum Essential Force)”, tambah Menhan.

Sementara itu, Dirut PT. PAL Indonesia mengatakan, sebelum diserahkan, kapal ini telah menjalani sea trial (uji coba layar) dimana kapal diuji kemampuannya dengan berlayar mulai dari pengujian stabilitas kapal, kecepatan kapal dan semua system yang ada di kapal dilaksanakan pengujian, setelah itu kapal di laksanakan commodore inspection yaitu kapal di uji coba layar lagi yang langsung di saksikan oleh tim penerima kapal dari TNI-AL dan Kemhan.

Menurutnya, hasil dari uji coba layar sangat memuaskan, yaitu semua pengujian memenuhi target yang sudah ditetapkan dalam kontrak bahkan ada beberapa yang melampaui target misalnya tentang kecepatan kapal di kontrak ditetapkan 15,0 knots namun pada saat kapal uji coba layar kecepatan kapal mencapai 15,2 knots. Hal ini membuktikan bahwa kapal produksi PT.PAL Indonesia sangat membanggakan.

Lebih lanjut Dirut PT. PAL Indonesia mengatakan, dengan pelaksanaan penyerahan kapal LPD 125 M produksi PAL. Indonesia kedua ini diharapkan kepercayaan pada industri dalam negeri dapat lebih ditingkatkan, sehingga kebutuhan alat utama sistim senjata (Alutsista) negara dapat dipenuhi di dalam negeri, yang berarti secara langsung turut membangun kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan Alutsista sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.

Menurutnya, pengalaman selama dalam pembangunan kapal LPD pesanan Kemhan dan TNI khususnya TNI AL ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi PT.PAL Indonesia. Kedepan PT. PAL Indonesia dengan segala sumber daya yang ada bertekat untuk lebih maju lagi serta akan lebih memperhatikan ketepatan waktu dan menjaga kualitas.

Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 Produksi PT.PAL Indonesia


Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 dengan panjang 125 meter ini merupakan kapal kedua dari dua kapal yang dipesan oleh Kemhan & Daewoo kepada PAL Indonesia, dimana kapal pertama sudah diserahkan oleh PT. PAL Indonesia pada tahun lalu. Adapun total kapal LPD 125 m yang dipesan oleh Kemhan adalah 4 kapal, dimana 2 kapal di bangun di Korea dan 2 kapal dibangun di PT. PAL Indonesia.

Kapal LPD-4 KRI Banda Aceh-593 ini dirancang secara khusus untuk mampu dipasang senjata 100 mm dan dilengkapi dengan ruang CIC untuk sistem kendali senjata (Fire Control System) yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan self defence dengan komunikasi kapal ke kapal combatan untuk melindungi pendaratan pasukan dan kendaraan taktis serta tempur untuk pengendalian pendaratan helikopter.

Kapal ini dibangun dengan kelas Loyd Register + 100A1 dan menggunakan konstruksi lambung ganda (double bottom). Untuk memudahkan manouver kapal ini dilengkapi dengan bow thruster yang berfungsi untuk memecah gelombang. Untuk mengoperasikan kapal ini mesin dapat di operasikan dari ruang control dan bisa langsung dari ruang mesin serta dilengkapi peralatan rumah sakit darurat dan bisa di fungsikan untuk pertolongan pertama.

Kapal LPD 125 meter ini didesain untuk memenuhi tugas operasi TNI-AL, diantaranya untuk Landing Craft Carrier (Landing Craft Unit 23 m, untuk pendaratan pasukan, operasi ampibi, tank carrier, combat vehicle 22 unit, dan tactical vehicle 13 unit, total embarkasi 507 personil termasuk troop carrier 354 troop, crew, guest, dan officer), operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana, serta dapat mengangkut 5 unit helicopter jenis MI-2 atau BELL 412, serta mampu berlayar selama 30 hari secara terus menerus.

Sumber: DMC

Indonesia-China Produksi Rudal Bersama

TNI AL berencana mempersenjatai kapal cepat buatan dalam negeri dengan rudal C-802. (Foto: fas.org)

22 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan termasuk produksi bersama peluru kendali.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Midhio di Jakarta Selasa mengatakan, penjajakan produksi bersama rudal itu telah dilakukan kedua pihak.

Ditemui usai menghadiri penandatangan nota kesepahaman kerja sama teknis pertahanan RI-China ia mengatakan, Indonesia telah menggunakan rudal C-802 buatan Negeri Panda itu untuk mempersenjatai beberapa kapal perangnya.

"Kedepan kita sepakat untuk memproduksi bersama rudal tersebut, yakni dengan menggandeng PT Pindad," ujarnya.

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan industri nasional pertahanan China, Chen Qiufa.

Nota kesepahaman itu mencakup lima poin yakni pengadaan alat utama sistem persenjataan tertentu yang disepakati kedua pihak dalam kerangka "G to G".

Kedua, alih tekonologi peralatan militer tertentu yang antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, up grade dan pelatihan.

Tiga poin lainnya adalah kerja sama produk peralatan militer tertentu, pengembangan bersama peralatan militer tertentu serta pemasaran bersama dalam dan di luar negara masing-masing, kata I Wayan Midhio.

Sumber: ANTARA News

Pembuatan Rudal Dilakukan Bertahap


24 Maret 2011, Jakarta -- (SINDO): Kerja sama pembuatan peluru kendali jenis C 705 dengan Republik Rakyat China akan dilakukan secara bertahap melalui transfer teknologi dan produksi bersama sampai nantinya Indonesia bisa mencapai kemandirian.

Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari China, termasuk peluru kendali jenis C 705, akan diikuti dengan tahapan transfer teknologi serta proses produksi bersama.Peluru kendali ini dipakai untuk perlengkapan persenjataan kapal perang TNI Angkatan Laut. “Di samping kita beli, kita juga harus mengantisipasi dengan joint production,” tegas Sjafrie yang ditemui di sela-sela Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta kemarin. Dengan tahapan tersebut, ujarnya, dalam kurun waktu tertentu Indonesia akan mampu memasuki posisi kemandirian dalam memproduksi alutsista jenis rudal.

“Dengan transfer of technology dan joint production, kita akan bisa memasuki kemandirian. Begitulah tahapannya,”jelasnya. Tahapan yang sama, jelas Sjafrie, juga dilakukan saat akan melakukan produksi panser Anoa oleh PT Pindad. “Seperti pada proses panser Pindad. Dulu kan kita tidak bisa membuat. Makanya, kita beli, didukung oleh tim litbang untuk pengembangannya dan akhirnya kita bisa membangun. Yang sekarang masih diimpor yakni gear box dan mesinnya saja,”paparnya. Sedangkan untuk teknis pelaksanaan kerja sama, menurut Sjafrie, akan dibahas oleh pejabat setingkat direktur jenderal, baik untuk pembelian serta proses transfer teknologi serta produksi bersama. “Untuk pembelian, nantinya akan diurus oleh Badan Sarana Pertahanan dan transfer teknologinya oleh Dirjen Potensi Pertahanan,”jelasnya.

Sjafrie melanjutkan, kesepakatan untuk melakukan transfer teknologi dan produksi bersama peralatan militer dengan pabrik persenjataan yang ada di China merupakan salah satu butir dari nota kesepahaman yang telah ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan Indonesia dengan Badan Negara Urusan Ilmu Pengetahuan,Teknologi, dan Industri Pertahanan Nasional Republik Rakyat China (SASTIND) di Jakarta pada Selasa (22/3). “SASTIND ini merupakan regulator peralatan-peralatan militer yang mau diekspor keluar. Dia yang mengatakan ya atau tidaknya peralatan diekspor keluar negeri. Dia yang membawahi pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan militer,”paparnya.

Secara terpisah, peneliti alutsista PT Pindad Bandung, Wien Intarto, mengatakan, pembuatan peluru kendali memerlukan kerja sama antarindustri pertahanan. “Jadi, tidak bisa dilakukan oleh Pindad saja atau PT DI saja,”paparnya. Dia menambahkan, PT Pindad bisa disiapkan untuk memproduksi badan rudal, peluncur, mekanik, serta war head, sedangkan pengendali tetap harus diserahkan pada industri pertahanan lainnya.

Sumber: SINDO

Bom Sukhoi Dibuat Pabrikan Swasta di Malang

Bom P-100. (Foto: CV. Sari Bahari)

26 Maret 2011, Jakarta -- (KOMPAS): Embargo senjata dan tekanan internasional terhadap Pemerintah Indonesia pada masa reformasi membuat banyak pihak geram, tetapi tidak putus asa. Suku cadang pesawat militer buatan Amerika Serikat sempat diembargo, juga pembelian pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia tak disertai persenjataan andal.

Kondisi itu mendorong Ricky Egam, pengusaha kecil asal Malang, Jawa Timur, mengembangkan persenjataan bagi pesawat tempur Sukhoi. Ricky sejak tahun 2005 merancang bangun beragam bom P-100 L ukuran 100 kilogram (250 lbs) hingga P-200 L 200 kilogram (500 lbs) yang dapat digunakan pesawat tempur TNI Angkatan Udara.

Ditemui di salah satu sudut pameran Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) 23-25 Maret 2011, Ricky menunjukkan sederet bom warna biru dan hijau yang ditampilkan di stan Sari Bahari, perusahaan miliknya. ”Akhir tahun lalu, Sukhoi kita sudah uji coba pengeboman dengan bom buatan dalam negeri ini di Sangatta, Kalimantan Timur. Bom ini bisa juga dibawa dengan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-5E Tiger. Sukhoi dapat membawa 20-30 unit bom dalam satu kali penerbangan (sortie),” tutur Ricky.

Serangkaian uji coba, secara statis di Jawa Timur dan peledakan dinamis dengan sejumlah varian pesawat tempur, berjalan mulus. Uji coba selalu didampingi pihak TNI dan instansi terkait.

Seorang perwira teknik TNI AU asal Pangkalan Udara Hasanuddin yang ditemui di sela-sela acara JIDD mengakui, uji coba pengeboman berlangsung efektif. ”Sukhoi kita sudah memiliki kanon 30 milimeter dan bom. Kita tinggal menunggu misil untuk memperlengkapi persenjataan Sukhoi yang sudah ada,” ujar perwira tersebut.

Bom buatan Malang itu meledak dengan mekanisme benturan (impact fuse). Casing baja bagian dalam dibuat alur sedemikian rupa sehingga pecahan ledakan menciptakan serpihan (shrapnel) dengan ukuran terukur dan dapat menghancurkan sasaran di sekitarnya.

Bom lain yang dibuat adalah bom latihan yang mengeluarkan asap apabila jatuh ke sasaran. Bom tersebut juga memiliki bobot 100 kg (250 lbs). Teknologi lain seperti pemicu dengan jeda waktu (delayed action fuse) telah dikuasai Sari Bahari. Demikian pula penjatuhan bom dengan menggunakan parasut.

Ricky mengaku pihaknya menguasai teknologi cetak dan tempa (forging and casting) untuk membuat bom-bom canggih. Pihaknya juga sukses membuat roket dengan bilah sirip lipat (folded fin assault rocket/FFAR). Roket itu dapat diluncurkan dari pesawat ataupun platform darat seperti tabung penembak tak ubahnya senjata roket Katyusha buatan Rusia yang banyak dipakai dalam konflik di Timur Tengah.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pembuatan bom Sukhoi di dalam negeri mengurangi ketergantungan Indonesia akan produk impor. ”Tak tertutup kemungkinan produk itu diekspor ke negara yang mengoperasikan pesawat Sukhoi,” katanya.

Sumber: KOMPAS

Peluncuran KRI Banda Aceh

KRI Banda Aceh-593. (Foto: Kemhan)

28 Maret 2011 -- (SINDO): Hari Senin, 21 Maret 2011 lalu terjadi sebuah peristiwa menarik, yaitu serah terima kapal landing platform dock (LPD) dari pembuatnya, PT PAL Surabaya, kepada pemesannya, Departemen Pertahanan,yang diwakili Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

LPD adalah sebuah kapal perang besar yang mampu mengangkut satu batalion pasukan, kendaraan perang maupun kapal pendarat (landing craft carrier). Ini merupakan kapal modern dan banyak dibangun oleh beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Italia dalam beberapa tahun terakhir. Dengan serah terima ini, lengkap sudah perjalanan pemesanan kapal LPD yang dipesan Departemen Pertahanan kepada Daewoo International dari Korea sebanyak 4 buah dengan bantuan pembiayaan kredit ekspor dari Korea.

Menariknya, separuh dari pesanan ke Korea tersebut akhirnya justru disubkontrakkan ke PT PAL Surabaya. Bukan hanya berhasil dipenuhi, tetapi bahkan dengan perbaikan spesifikasi, yaitu kemampuan menampung pendaratan helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah maupun kecepatan yang lebih tinggi. Peluncuran kapal tersebut pada hakikatnya suatu testimoni mengenai kemampuan PT PAL dalam memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) kita.

Negara tetangga kita,Filipina,juga mengakui keunggulan itu sehingga memesan kapal jenis LPD tersebut. Sementara itu Timor Leste memesan kapal patroli cepat (fast patrol boat) yang ukurannya antara 30 sampai 40 meter.Pemesanan ini bersamaan dengan pemesanan kapal sejenis fregat oleh Departemen Pertahanan yang dalam istilah PT PAL diberi nama kapal perusak kawal rudal (PKR). Kapal yang dibangun dengan bantuan teknologi Belanda tersebut akan memiliki kelas yang sama dengan kapal fregat kelas la Fayette yang sekarang ini dimiliki Angkatan Laut Singapura.

Pembangunan kapal tempur baru tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai modernisasi maupun pembangunan kekuatan angkatan laut kita supaya mampu menghasilkan efek penggentar bagi yang mencoba mengganggu kedaulatan kita. Dewasa ini PT PAL juga sedang menyiapkan diri untuk membangun dua kapal selam dengan bantuan teknologi dari Jerman dan Korea Selatan. Jika proses alih teknologi dapat diselesaikan dengan baik, kemampuan PT PAL untuk membangun kapal perang tidak bisa diragukan lagi.

Dewasa ini pun PT PAL sudah pula melakukan overhauluntuk kapal perang korvet kelas Sigma yang diproduksi Belanda maupun juga kapal selam Nenggala dan Cakra yang dibuat Jerman. Kemampuan PT PAL juga sudah melebar pada pembangunan kapal niaga.Yang menjadi andalan utama perusahaan tersebut adalah kapal barang berbobot mati 50.000 ton yang dikenal sebagai Star 50. Kapal yang rancang bangunnya dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL tersebut telah dihasilkan sebanyak 9 buah yang semuanya adalah pesanan dari luar negeri, yaitu Jerman, Hong Kong,Turki, dan Singapura.

Sementara itu, PT PAL juga baru saja menyelesaikan kapal tanker pesanan dari Italia, sementara Pertamina juga sudah melakukan pemesanan kapal tanker untuk kebutuhan mereka.Dalam peluncuran kapal Star 50 yang terakhir pesanan Singapura (Azurite Invest, Virgin Island) yang diberi nama Erslyne, sebuah double skin bulk carrier (DSBC), kapal tersebut dikatakan sebagai yang terbaik di dunia di antara sejenisnya. Dalam kunjungan saya ke perusahaan tersebut di Surabaya setahun silam, saya melihat kesibukan yang luar biasa di galangan mereka.

Selain pembangunan kapal niaga baru, yaitu sebuah kapal dengan bobot mati 50.000 ton (yang akhirnya diluncurkan dengan nama Erslyne tersebut) dan tanker pesanan Italia, PT PAL pada waktu itu juga sedang melakukan pembangunan kapal LPD (yang akhirnya diluncurkan pekan lalu) maupun 4 kapal patroli cepat pesanan Bea Cukai.Pada saat yang sama saya juga melihat pekerjaan overhaul yang sedang mereka lakukan terhadap dua kapal perang kita. Pada saat kunjungan tersebut, terpikir oleh saya bahwa PT PAL sangat mungkin untuk mengembangkan kapal niaga yang lebih besar dengan teknologi yang sudah mereka kuasai saat ini.

Namun, salah satu kendala yang mereka miliki adalah fasilitas galangan kapal yang lebih besar. Dengan latar belakang tersebut, sudah waktunya bagi pemerintah untuk secara aktif membantu pengembangan salah satu industri strategis tersebut. Pembangunan sebuah galangan baru yang mampu untuk menampung pembangunan kapal yang jauh lebih besar, yaitu sampai dengan bobot mati sampai 150.000 ton, memungkinkan mereka untuk menerobos pasar yang lebih luas.

Kemampuan serta produk yang mereka hasilkan pada akhirnya menjadi promosi penting bagi industri pelayaran di seluruh dunia.Dengan melihat perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia sendiri, pada akhirnya kebutuhan sarana pengangkutan air semacam ini jelas akan mengalami peningkatan di tahun-tahun yang akan datang. Barangkali Pulau Madura yang menjadi semakin dekat dengan selesainya Jembatan Suramadu memiliki potensi yang besar bagi pengembangan kemampuan PT PAL tersebut.

Bantuan pemerintah untuk pembangunan galangan kapal yang lebih besar tersebut pada akhirnya juga akan memperkuat permodalan dari PT PAL. Perusahaan tersebut, meskipun memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, secara komersial masih memiliki kelemahan yang besar. Dengan injeksi permodalan yang baru melalui penyertaan pemerintah pada pembangunan galangan kapal tersebut, struktur modal PT PAL akan menjadi semakin baik.

Ini berarti langkah tersebut seperti killing two birds with one stone. Saya yakin secara finansial Pemerintah Indonesia dewasa ini sangat mampu untuk melakukan injeksi modal tersebut. Namun pada akhirnya hal tersebut sangat tergantung pada political will yang dimiliki Pemerintah.

Dengan perbaikan struktur permodalan tersebut, PT PAL akan menjadi semakin mudah untuk berkembang karena kemampuan finansial mereka memungkinkan untuk memperoleh pembiayaan dari bank. Virtuous circle semacam ini akhirnya akan membawa kebaikan yang sifatnya permanen bagi pengembangan industri strategis yang kemampuannya tidak bisa diragukan lagi. (CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO/Pengamat Ekonomi)

Sumber: SINDO

PTDI Kembangkan CN-235 Anti-Kapal Selam

CN235-220 MPA. (Foto: antarafoto.com)

11 Juli 2009, Bandung -- PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan mengembangkan pesawat terbang CN-235 Anti-Submarine atau antikapal selam yang menjadi varian terbaru dari produk pesawat terbang berbaling-baling itu.

"Teknologinya sudah siap, SDM sudah kita miliki. Mereka punya pengalaman merakit dan memodifikasi pesawat jenis itu," kata Direktur Aircraft Integration PTDI, Budi Wuraskito di Bandung, Sabtu.
Menurut dia, PTDI memiliki SDM yang cukup untuk membuat pesawat terbang antikapal selam. Selama ini sekitar 40 SDM PTDI terlibat dalam pembuatan dan modifikasi pesawat terbang anti kapal selam di Turki.

Pesawat terbang jenis itu dimodifikasi versi militer yang dilengkapi teknologi, persenjataan dan rudal untuk melumpuhkan kapal selam.

"Mereka baru kembali empat bulan lalu setelah menuntaskan pengerjaan pesawat antikapal selam di Turki, teknologinya sudah kita kuasai," kata Budi.

PTDI sendiri saat ini telah mampu mengembangkan dan memproduksi CN-235 MPA atau patroli maritim yang menjadi andalan produk perusahaan dirgantara Indonesia itu.

Sedangkan pesawat anti-submarine, katanya segera akan dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi dan keunggulan CN-235.

"Beberapa negara tertarik dan berminat membeli CN-235 antikapal selam ini, salah satunya Malaysia yang memanfaatkan kunjungan Menteri Pertahanannya untuk melakukan pembicaraan dengan pihak PTDI," ungkapnya.

Malaysia merupakan salah satu negara pengguna CN-235 di samping Korea Selatan dan beberapa maskapai penerbangan lokal di beberapa negara lainnya.

PTDI hingga saat ini telah memproduksi pesawat CN-235-220 sebanyak 250 unit, NC 212-200 sebanyak 102 unit, helikopter Super Puma NAS 332 sebanyak 19 unit, Helikopter NBELL 412 sebanyak 31 unit dan Helikopter NBO 105 sebanyak 122 unit.

Sedangkan produk pesawat terbang yang sedang dikerjakan dan akan selesai adalah satu unit CN-235 MPA pesanan Korsel (2010), satu NC 212-400 lisensi EADS-CASA pesanan PT Airfast (2010), satu N19 prototype hasil rancang bangun PTDI (2013) dan satu unit pesawat ampibi lisensi Donier Seawings (2013).