Indonesia masih mengandalkan lima kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) sebagai penghasil minyak mentah terbanyak. Kelima KKS itu adalah Chevron, Pertamina EP, Total, Conocophilips dan CNOOC. "Status produksi minyak sebesar 917 ribu barel per hari," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Gde Pradnyana.
Meski kelima KKKS itu menjadi penghasil minyak terbesar di Indonesia, namun beberapa KKKS itu belum bisa mencapai target produksi yang ditetapkan. Untuk Chevron, misalnya produksinya seharusnya 370.000 barel per hari (bph). Namun, pada kenyataannya produksi Chevron saat ini hanya sekitar 359.000 bph.
Kemudian Total, produksinya mencapai 89.000 bph, padahal targetnya mencapai 94.000 bph. Sementara untuk Conocophilips, seharusnya produksinya 61.000 bph, namun berdasarkan status 6 Maret 2011, produksi Conocophilips hanya mencapai 51.000 bph.
"CNOOC produksinya 37.000 bph padahal seharusnya 40.000 bph. Pertamina produksinya 122.000 bph," kata Gde.
Merujuk kepada data BP Migas, ada sekitar 15 KKKS yang produksinya lebih dari target 2011. Lima KKKS di antaranya adalah Mobil Cepu Ltd, Medco E&P Indonesia, ExxonMobil Oil Indonesia Inc, Chevron Indonesia dan Star Energy (Kakap) Ltd. Sementara 31 KKKS lainnya belum dapat mencapai target produksi.
Kendala-kendala pencapaian produksi minyak bumi tahun 2011, antara lain belum terealisasinya perpanjangan kontrak Lapangan Madura, sebagian besar lapangan yang berproduksi merupakan lapangan tua dengan laju penurunan sekitar 12% jika tidak dilakukan sesuatu dan 70% fasilitas produksi merupakan fasilitas yang sudah tua sehingga frekuensi unplanned shutdown lebih sering terjadi.
Sementara itu, PT Pertamina EP baru saja berhasil melakukan pengeboran empat sumur baru di Jawa. Empat sumur tersebut berhasil mencapai produksi sebesar 2.686 bph. Jumlah ini di atas target yang ditetapkan oleh BP Migas.
"Target keseluruhan yang ditetapkan BP Migas untuk keempat sumur tersebut sebesar 650 barel per hari. Dari hasil pengujian pada keempat sumur tersebut menunjukkan produksi minyak hingga 2686 barel per hari, di mana ternyata memiliki selisih 2036 barel per hari lebih besar dari target," ujar PJ Direktur Operasi Pertamina, Tony Harisman.
Tony menjelaskan, keempat sumur eksploitasi tersebut masing-masingnya adalah sumur SMG P11 di Semanggi (Jawa Tengah), sumur CLU 09 di Cimalaya Utara, Karawang, sumur RDG 50 di Majalengka, dan sumur CMB 22 Cemara Barat di Indramayu. Saat ini, Pertamina EP Region Jawa masih melakukan proses penyelesaian pengeboran eksploitasi pada sumur SMG P9 dan P10 di Jawa Tengah dan sumur AJW-PO2 di Arjawinangun Cirebon.
Meski kelima KKKS itu menjadi penghasil minyak terbesar di Indonesia, namun beberapa KKKS itu belum bisa mencapai target produksi yang ditetapkan. Untuk Chevron, misalnya produksinya seharusnya 370.000 barel per hari (bph). Namun, pada kenyataannya produksi Chevron saat ini hanya sekitar 359.000 bph.
Kemudian Total, produksinya mencapai 89.000 bph, padahal targetnya mencapai 94.000 bph. Sementara untuk Conocophilips, seharusnya produksinya 61.000 bph, namun berdasarkan status 6 Maret 2011, produksi Conocophilips hanya mencapai 51.000 bph.
"CNOOC produksinya 37.000 bph padahal seharusnya 40.000 bph. Pertamina produksinya 122.000 bph," kata Gde.
Merujuk kepada data BP Migas, ada sekitar 15 KKKS yang produksinya lebih dari target 2011. Lima KKKS di antaranya adalah Mobil Cepu Ltd, Medco E&P Indonesia, ExxonMobil Oil Indonesia Inc, Chevron Indonesia dan Star Energy (Kakap) Ltd. Sementara 31 KKKS lainnya belum dapat mencapai target produksi.
Kendala-kendala pencapaian produksi minyak bumi tahun 2011, antara lain belum terealisasinya perpanjangan kontrak Lapangan Madura, sebagian besar lapangan yang berproduksi merupakan lapangan tua dengan laju penurunan sekitar 12% jika tidak dilakukan sesuatu dan 70% fasilitas produksi merupakan fasilitas yang sudah tua sehingga frekuensi unplanned shutdown lebih sering terjadi.
Sementara itu, PT Pertamina EP baru saja berhasil melakukan pengeboran empat sumur baru di Jawa. Empat sumur tersebut berhasil mencapai produksi sebesar 2.686 bph. Jumlah ini di atas target yang ditetapkan oleh BP Migas.
"Target keseluruhan yang ditetapkan BP Migas untuk keempat sumur tersebut sebesar 650 barel per hari. Dari hasil pengujian pada keempat sumur tersebut menunjukkan produksi minyak hingga 2686 barel per hari, di mana ternyata memiliki selisih 2036 barel per hari lebih besar dari target," ujar PJ Direktur Operasi Pertamina, Tony Harisman.
Tony menjelaskan, keempat sumur eksploitasi tersebut masing-masingnya adalah sumur SMG P11 di Semanggi (Jawa Tengah), sumur CLU 09 di Cimalaya Utara, Karawang, sumur RDG 50 di Majalengka, dan sumur CMB 22 Cemara Barat di Indramayu. Saat ini, Pertamina EP Region Jawa masih melakukan proses penyelesaian pengeboran eksploitasi pada sumur SMG P9 dan P10 di Jawa Tengah dan sumur AJW-PO2 di Arjawinangun Cirebon.